Dari 11 Jorong di Nagari Tanjung Sani Puskesmas Maninjau memiliki wilayah tugas pada 7 Jorong yang ada, yaitu mulai dari Jorong Pandan sampai Jorong Sungai Tampang. Sedangkan 4 Jorong lainnya merupakan wilayah tugas dari Puskesmas Pasar Ahad.
Pada hari ini, Puskesmas Maninjau mengadakan Sosialisasi dan serologi penyakit Kusta dan Prambusia pada 2 lokasi yang berbeda. Dipilihnya 2 lokasi berbeda ini agar dapat menjangkau masyarakat lebih luas lagi, kedua lokasi dimaksud adalah di MDA Muhammadiyah Sigiran untuk Jorong Sungai Tampang, Jorong Sigiran dan Jorong Pantas, sedangkan yang berlokasi di MDA Muhammadiyah Batu Nanggai difokuskan pada Jorong Muko Jalan, Jorong Batu Nanggai, Jorong Galapung dan Jorong Pandan.
Namun sangat disayangkan masyarakat kurang antusias dengan kegiatan ini, beberapa masyarakat yang ditemui mengutarakan bahwa mereka tidak mengidap penyakit dimaksud ada lagi yang malu jika ketahuan mereka mengidap penyakit Kusta dan Frambusia ini.
Padahal menurut Kepala Puskesmas Maninjau dr Riau Lelono, S.KM penyakit Kusta dan Frambusia ini merupakan penyakit dengan penderita yang cukup tinggi, dimana Indonesia menduduki peringkat 3 setelah India dan Brazil. Penyakit yang disebabkan oleh Bakteri Mycobacterium Leprae umumnya memiliki tanda-tanda Kelainan pada kulit berupa bercak kemerahan,keputihan, atau benjolan, Kulit Mengkilap, Bercak yang tidak gatal, Adanya bagian tubuh yang tidak berkeringat dan tidak berambut serta Lepuh tapi tidak nyeri. Sedangkan tanda-tanda pada syaraf yaitu Rasa kesemutan,tertusuk-tusuk dan nyeri pada anggota badan atau muka, Gangguan kerak pada anggota badan atau bagian muka, Adanya kecacatan (deformitas) pada bagian tubuh dan luka tapi tidak sakit.
Sedangkan Frambusia disebut juga patek atau puru, disebabkan oleh Treponema pertenue, dan hanya terdapat di daerah tropis yang tinggi kelembabannya serta pada masyarakat dengan sosio-ekonomi rendah. Penyakit ini menyerang kulit umumnya di tungkai bawah, bentuk destruktif menyerang juga tulang dan periosteum.
Pada stadium awal ditemukan kelainan pada tungkai bawah berupa kumpulan papula dengan dasar eritem yang kemudian berkembang menjadi borok dengan dasar bergranulasi. Kelainan ini sering mengeluarkan serum bercampur darah yang banyak mengandung kuman. Stadium ini sembuh dalam beberapa bulan
dengan parut atrofi. Atau, bersamaan dengan ini timbul papula bentuk butiran sampai bentuk kumparan yang tersusun menggerombol, berbentuk korimbiformis, atau melingkar di daerah lubang-lubang tubuh (anus, telinga, mulut, hidung), muka dan daerah lipatan. Papul kemudian membasah, mengeropeng kekuningan. Pada telapak kaki dapat ditemukan keratodermia. Keadaan ini berlangsung 3-12 bulan. Bila penyakit berlanjut, periosteum, tulang, dan persendian akan terserang. Dalam keadaan ini dapat terjadi destruksi tulang yang terlihat dari luar sebagai gumma atau nodus. Destruksi tulang hidung menyebabkan pembengkakan akibat eksostosis yang disebut goundou. Papula yang kemudian membesar membentuk papiloma / ulceropapilloma". tutur Kepala Puskesmas Maninjau ini panjang lebar.
Seperti yang kita ketahui bahwa akibat dari penyakit ini juga berakibat cacat seumur hidup seperti warna putih pada kulit dan bahkan berakibat amputasi.
Pada kesempatan ini juga dilaksanakan pengambilan sampel darah pada anak-anak usia 1-5 tahun, hal ini dilakukan untuk mendeteksi lebih dini perkembangan bakteri penyebab penyakit yang berbahaya ini.